Pen di tekan rapat kepada kertas usang di depan mata,
Lagu rancak memekak jiwa menjadi lara.
Hati berkata, kenapa dia?
Dia yang di puja tak pernah tahu bisikan jiwa.
Kadang kala pendusta benar belaka
Ayat dijamah menikam rasa.
Mulut bisu, lidah kelu
Sering aku di situ mengeluh, memberontak, dan diam akhirnya.
Kau, yang sering memberi rasa,
Akhirnya pergi tanpa kata-kata.
Aku, berdiri di sini memegang janji yang makin di mamah usia.
2 Orang Macho komen:
hamboi... berpuisi pulak dia.. hahaha
aku bosan. haha
Post a Comment